Bismillah segala puji hanya milik ALLAH yang sampai saat ini masih memberikan kita nikmat Iman, Islam, sehat, nikmat dalam menjalankan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat dan salam kita curahkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para sahabatya.

Judul pada note kali ini “KENAPA SAYA MEMILIH DAKWAH SALAF?” itulah gambaran yang pas atau sesuai yang menggambarkan betapa bahagianya ana bisa mengenal dakwah ini. Mungkin sebagian orang masih asing dengan kata shalafush shalih, salaf, salafi dan as-Salafiyyun, bahkan diantara orang yang sudah mengetahui kata-kata tersebut masih salah kaprah atau salah mengartikan kata-kata tersebut, sehingga rancu untuk diterjemahkannya atau salah dalam mengartikannya. Tapi saya tidak ingin membahasnya terlalu lebar, karena ada buku yang sudah membahasnya insyaALLAH ana akan memberikan refrensinya sebagai rujukan untuk dipahami, InsyaALLAH.

Beralih ke pengalaman ana dalam mengenal dakwah islam, pada awalnya ana hanya seorang awam mungkin sampai saat ini juga masih awam dan butuh banyak belajar, sepengalaman ana yang masih berumur 20 th terkadang emosi sedang membara, semangat sedang berkoar-koar, berpikiran idealis, ingin tampil jadi yang terbaik ya itulah sedikit gambaran tentang anak muda.

Ana sangat mengalami betul ketika jauh dari ilmu agama, malah saking jahil/bodoh ana menganggap semua agama itu baik, tidak mengetahui apa itu tauhid, syirik, sunnah, bid’ah dan lain-lain dalam perkara agama, emank benar hidup dalam kebodohan sangat tidak enak, gampang diajak kesana kemari. Jujur ana pernah ikut khurujnya jamaah tabligh, ana menganggap wah kelompok ini benar dengan memakai jubah atau gamis, berjenggot, khusyuk dalam ibadah dan zikir seolah-olah ini lah jalan yang selamat, jalan yang lurus, jalan yang dijanjikan surga tapi ternyata mereka adala thoreqot sufi yang identik disebut dengan sufiyah gaya baru, wal iyaadhu billah, apa jadinya ana kalau tidak diberi petunjuk oleh ALLAH, mungkin ana sudah sesat seumur hidup.

Ya sekali lagi hidup dalam kebodohan dalam memahami agama sangat tidak enak hanya memandang dari luarnya saja tanpa mau mengkaji ilmunya, sangat disayangkan apabila anak muda dizaman sekarang ini hanya menggunakana hawa nafsunya saja dalam menjalankan Islam, tetapi tidak tahu dalil yang diterima shahih atau tidak. Ana akan kasih contoh sedikit, ketika itu ana sekolah dan setiap pelajaran agama Islam pasti ada praktek wudhu atau shalat, ketika ana praktikan wudhu dan shalat sesuai dengan buku yang ana punya dahulu memang tidak ada perbedaan pendapat dengan guru agama di sekolah, dan gurunya pun tidak menegur kalau ini salah atau betul dan yang sangat membuat diri ana malu pada saat ini, kenapa ana tidak tanyakan kepada guru tersebut “pak dalilnya apa kalau kita harus berwudhu dan shalat dengan gerakan semacam ini?” itulah yang membuat ana menyesal sampai saat ini, betapa bodohnya dan malasnya dalam menuntut ilmu dien.

Sampai akhirnya ana mengetahui dalil-dalinya dalam berwudhu dan shalat dan ternyata sangat bertolak dengan yang ana praktekan ketika sekolah dahulu.hmmmm nasi sudah menjadi bubur, bukan berarti ana patah semangat, justru harus semangat untuk mengetahui agama yang haq itu seperti apa. Oke kita beralih ke pengalaman berikutnya, mungkin sebahagian antum sudah tahu yang namanya NII(Negara Islam Indonesia) ya ana hampir pernah kejebak dengan kelompok sesat ini, gak kebayang bisa kenal sama kelompok kaya gini, bawain dalil Al-Quran sepotong-potong tanpa membawakan dalil lainya untuk memperkuat. Untung saja ana tidak masuk dalam kelompok ini, kejadian ini ketika ana baru lulus SMA. Memank kelompok ini mencari anak-anak muda yang tidak memiliki pemahaman agama dan ketika itu ana masuk dalam kategori incaran mereka.

Ketika membeli buku dan mendapatkan buku dari orang, ana tidak tahu apakah penerbit ini adalah penerbit yang haq, mengajarkan sesuai dengan tuntunan Rasulullah yang shahih, ketika itu ana masih anak muda yang bodoh, asal beli saja. Dan ketika ana sudah mengenal dakwah yang haq baru ana tahu bahwa buku yang pernah dibeli dahulu adalah bukunya orang-orang JIL(jaringan Islam Liberal), rasanya lagi-lagi hidup dalam kebodohan tidak ada enaknya sama sekali, tapi untungnya bukunya udah ana robek-robek. Lagipula kalau kita baca buku mereka, susah sekali untuk dipahami ilmu yang gak bermanfaat deh pokoknya, jadi ana robek2 aja.

Kemudian mulailah ana masuk Kuliah, disini lah mulai jalan terbuka untuk ana yang ingin mendalami Islam dengan adanya liqo di kampus dan merupakan syarat wajib bagi mahasiswa baru ketika itu. Ternyata emank asik kumpul dalam satu liqo untuk sharing dalam agama, jadi tidak ada perbedaan antara orang yang berilmu dengan yang tidak, istilah kerenya sih bebas dalam mengutarakan pendapat yah karena yang dibahas juga bersifat umum bukan bersifat khusus atau bukan membahas yang bersifat ilmu, ada pun yang bersifat khusus itu sangat sedikit sekali yang membahas masalah ilmu, yang ada kebanyakan politik, ekonomi, film Islami ,perkembangan masyarakat sekarang ini bagaimandll ibaratnya tidak lebih dari berita koran. Awalnya ana sendiri tidak ada curiga, karena ana sendiri masih jahil, tidak tahu sebenarnya kelompok ini kelompok apa???!!! Apakah kelompok yang sesuai sunnah atau tidak, yang ana lihat kakak mentornya Isbal(menjulurkan celana melebihi mata kaki), jenggotnya dicukur, yah ketika itu ana belum tahu sama sekali apa hukumnya isbal dan jenggot.

Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan untuk memelihara jenggot, membiarkannya tumbuh dan menyuburkannya serta memotong kumis dan memendekkannya. Yang seharusnya adalah mentaatinya dan mengagungkan perintah dan larangannya dalam segala perkara. Abu Muhammad Ibnu Hazm menyebutkan, bahwa para ulama telah sepakat bahwa memelihara jenggot dan memotong kumis termasuk perkara yang diperintahkan. Adalah kebinasaan dan kerugian serta akibat yang buruk bagi yang bermaksiat terhadap Allah dan RasulNya. Begitu pula meninggikan pakaian hingga di atas mata kaki, merupakan perkara yang diperintahkan, berdasarkan sabda nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” [Shahih Muslim, kitab Ath-Thaharah (260)]

“Artinya : Bagian yang melebihi mata kaki yang tertutup pakaian, maka termpatnya di neraka” [Hadits Riwayat Al-Bukahri dalam Shahihnya, kitab Al-Libas 5787]
.

Lagi-lagi ana terjebak dalam kebodohan dan lembah hitam. Dikira ini baik tahu-tahunya bukan, sampai serba salah jadinya. Alhamdulillah Allah tidak mematahkan semangat ana untuk mencari yang haq(kebenaran). Ana ingin bilang kalau hidayah itu benar-benar mahal sekali bahkan uang bermilyaran atau triliyunan atau dunia dan seisinya tidak akan sanggup untuk mengalahkan kemewahan hidayah yang ALLAH kasih terhdap hambanya, tetapi perlu diingat bahwa hidayah tidak cukup hanya mengadahkan tangan saja tanpa mau belajar dan mencari ilmunya, ALLAH akan memberikan hidayah siapa yang Dia kehendaki dan ALLAH akan menyesatkan siapa yang DIA kehendaki pula, tapi perlu diingat ALLAH itu tidak dzhalim terhadap hambanya. Dengan kita mengkaji ilmu insyaALLAH hidayah itu datang atas izin ALLAH dan mendapatkan hidayah itu tidak mudah apalagi mempertahankan hidayah itu sendiri, butuh perjuangan, letihnya badan, letihnya pikiran. Wah gak nyangka ana bisa berbagi pengalaman dengan antum semua, hmmm mudah-mudahan tidak bosan atau jenuh dengan ana.he… mungkin terlalu serius y bahasanya??!!tapi tenang aja, InsyaALLAH ana bisa diajak bercanda koq.he…mungkin mata agak sedikit lelah karena membaca note yang tulisannya kecil-kecil, boleh koq sambil diminum tehnya atau kopinya atau air mineral juga gak apa-apa, kalau bisa sih minum madu biar lebih fresh.he…oke kita lanjutkan ceritanya!!! Ana akan membawakan dengan sedikit gaya bahasa yang lebih fresh, lebih enyak dan tidak terlalu serius.he….karena kebanyakan orang sukanya yang unik tidak monoton apalagi serius banget, malah yang paling parah bisa bikin tidur karena bahasanya menggunakan istilah semua biar keliatan pinternya.he…tenang aja ana gak suka menggunakan istilah-istialah yang berada di luar nalar atau akal sehat koq(loh kaya orang ga waras aja)siiip deh…mudah-mudahan masih semangat.

Setelah ana mengetahui bahwa liqo yang diadakan kampus adalah IM(ikhwanul Muslimin), awalnya ketika mengetahui nama tersebut masih asing ditelinga, memank sih namanya berbau islam. Tapi jujur ketika itu ana sendiri tidak tahu apa tujuan kelompok ini. Walah lagi-lagi ana ini bodoh, mau belajar agama tetapi tidak tahu ilmunya bahasa gaulnya sih Taqlid(tukang ikut-ikutan tanpa cari dalil). Sampai kemudian ana mulai mempelajari sejarahnya siapa kelompok ini dan apa tujuannya. Mulailah ada teman yang membuka jalan ana untuk mengenali dakwah salaf, sebenarnya lucu sih ceritanya ketika bertemu pertama kali(udah kaya cerita sinetron aja ye…) ketika itu dia merupakan satu-satunya ikhwan yang celananya gantung di kelas, sempat ana bilang dalam hati “masih ada y orang kaya gitu pake celana”,kalau diinget-inget lucu banget malah ujung-ujungnya ana tahu dakwah salaf dari dia, afwan ya namanya gak ana kasih tahu soalnya ana blum minta izin untuk namanya dicantumin dalam note, takutnya kalau ada nama dia, entar dia minta royalty.he…gak koq Cuma becanda aja. Nah orang ini lah yang sampai sekarang menjadi sahabat akrab ana dalam menuntut ilmu yang menjadikan kami thulabul ilmy, gak kebayang nikmatnya menuntut ilmu bareng-bareng, itikaf bareng di masjid hanya untuk ikut kajian akbar, rela pergi jauh2 untuk nuntut ilmu padahal bekal pas-pasan, makan seadanya ,bau badan yang menyengat, rela digigitin nyamuk yang ganas-ganas, tetapi semua itu nikmat karena ilmu yang kami peroleh, duduk paling depan ketika kajian, wah pokonya enak banget deh, ana sendiri aja belum pernah senikmat ini dalam hidup. Oh y awalnya ana mengenal dakwah salaf masih setengah niat, diajak kajian ketika itu masih ogah-ogahan karena perbedaan dengan firqoh2 lain yang pernah ana ikuti, berbeda sekali jadi sedikit butuh waktu untuk menyesuaikannya. Waktulah yang akhirnya berbicara yang membuat ana Alhamdulillah sampai saat ini semangat dalam mengamalkan manhaj salaf ini. Semoga kita semua bisa ya!!!!amin…

Oke kalau tadi sedikit pengalaman ana mengarungi firqoh-firqoh karena kejahilan diri pribadi sendiri, kini ana akan coba menjabarkan pint-point penting “KENAPA SAYA MEMILIH DAKWAH SALAF?” loh belum inti toh(he…maap ya kali ini benar-benar panjang notenya, kayaknya harus begadang deh).

1] PENGERTIAN ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH



A.Definisi Aqidah



Menurut bahasa, ‘aqidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah yang artinya mengikat dengan kuat menurut istilah, ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi yang meyakininya.

Sedangkan ‘Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan pasti kepada Allah Ta’ala dengan melaksanakan seluruh kewajiban, bertauhid(tauhid rububiyyah, uluhiyah, dan Asma’ wash shifat Allah), dan taat kepada-NYA, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir yang baik maupun buruk dan mengimani seluruh prinsip-prinsip agama.

B. Denisi Salaf

.

Menurut bahasa, Salaf artinya orang yang terdahulu(nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama . Salaf berarti para pendahulu. Menurut istilah, Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat Islam yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/massa) yang pertama dimuliakan oleh Allah Ta’ala, mana dalilnya???.

sebagai mana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
“Sebaik-baik masa adalah pada masaku ini(yaitu masa para Sahabat), kemudian yang setelahnya(masa Tabi’in), kemudian yang setelahnya(masa Tabi’ut Tabi’in).”[Shahih: HR.Al-Bukhari(no.2652)] .
Ahlus Sunnah wal Jamaah dikatakan juga as-Salafiyyun karena mereka mengikuti manhaj salafush shalih dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in. kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa, -mereka ini disebut Salafi karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan kelompok atau golongan seperti yang dipahami kebanyakn orang, tetapi sebagai manhaj(jalan hidup dalam ber–‘Aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dll) yang wajib diikuti setiap muslim. Jadi pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum sebelum terjadi perpecahan dan perselisihan.

B. Denisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah

.
As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau cara, baik jalan itu terpuji maupun tercela.
Menurut istilah ulama ‘aqidah, As-Sunnah adalah petunjuk yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum baik dalam ilmu, I’tiqad(keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan Ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikuti akan dipuji dan orang yang menyalahi akan dicela.

Al-Jama’ah menurut ulama ‘aqidah adalah generasi pertama dari ummat ini, yaitu generasi Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran. disebut Al-Jama’ah, kerena bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah-belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kpemimpinan para imam(yang berpegang kepada) al-haqq(kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan mengikuti apa yang menjadi kesepakatan Salaful Ummah5 .

Jadi Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti Sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-perkara baru dalam agama.
Mereka disebut juga Ahlul Hadits, Ahlul Atsar, Ahlul-Ittiba’, ath-Thaa-ifattul Manshuurah(golongan yang mendapatkan pertolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah(golongan yang selamat), dan al-Ghurabaa’(orang asing).

SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

.
Istilah Ahlus sunnah wal jama’ah ini telah ada sejak generasi pertama ummat Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, ada gak dalilnya??

Ada koq coba deh simak!!!!

“PADA HARI YANG DI WAKTU ITU ADA MUKA YANG PUTIH BERSERI, DAN ADA PULA MUKA YANG HITAM MURAM…..’”(QS. ALI’IMRAN:106)
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata “yakni pada hari kiamat, ketika menjadi putih wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jamaah. dan menjadi hitam wajah-wajah ahlul bid’ah dan perpecahan .

Ayyub as-Shiktiyani rahimahullaah, ia berkata,”Apabila aku dikabarkan tentang meninggalanya seorang ahlus sunnah seolah-olah hilang satu anggota tubuhku.”
Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah berkata,”Aku wasiatkan kalian tetap berpegang kepada ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghurabaa’(orang asing). Alangkah sedikitnya Ahlus sunnah wal jama’ah.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahulaah. Berkata dalam muqaddimah kitabnya, As-Sunnah,”inilah madzhab ahlul ‘ilmi, ash-haabul atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat radhiyallaahu ‘anhum hingga pada masa sekarang ini…”

2]KARAKTERISTIK DAN KEISTIMEWAAN ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

.

1. Sumbernya otentik
2. Berpegang teguh kepada prinsip berserah diri kepada ALLAH dan kepada Rasul-Nya Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
3. Sejalan dengan fitrah yang suci dan akal sehat.
4. Mata rantai sanadnya sampai kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para Sahabatnya, para Tabi’in, serta para imam yang mendapatkan petunjuk.
5. Jelas dan gamblang
6. Bebas dari Kerancuan, kontradiksi, dan kesamaran.
7. ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan faktor utama bagi kemenangan dan kebahagian abadi di dunia dan akhirat.
8. ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah ‘Aqidah yang dapat mempersatukan ummat
9. Tetap utuh, kokoh, dan langgeng sepanjang masa.
10. Allah menjamin orang yang menetapi ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan kehidupan yang mulia.

Itulah beberapa point kenapa saya memilih manhaj Salaf. Sebenarnya note ini merupakan note2 sebelumnya yang berjudul “Mulia dengan Sunnah”. Pasti banyak orang yang bertanya-tanya seperti ini “loh kan kelompok-kelompok lain mengaku ahlus sunnah wal jamaah!!!apa bedanya sama ahlus sunnah lainnya??” yah anggapan tersebut sering ana jumpai, yang mengaku kelompok mereka merupakan ahlus sunnah wal jamaah, berkali-kali ana ingin bilang kalau orang bodoh dalam agama pasti mereka tidak bisa membedakan mana yang disebut ahlus sunnah wal jamaah mana yang bukan(hanya menyebut diri sebagai ahlus sunnah pada hakikatnya bukan sama sekali). Yah itu lah hidup dalam kebodohan sangat merugi, seperti yang sudah ana katakan di atas, dikiranya ini baik tahu-tahunya bukan, dikiranya ini sunnah tahu-tahunya bid’ah. Ilmu lah yang akan menjawab semua kebodohan, mustahil seseorang ingin mengetahui mana tauhid, mana syirik,mana sunnah,mana bid’ah tanpa mencari ilmunya. Cuma hanya menunggu dan menunggu, tidak akan bisa, ilmu itu wajib kita cari. Terkadang banyak juga masyarakat yang lebih senang terima blak-blakan omongan ust nya ”loh kan kata ust saya berkata seperti ini,pasti benar lah,wong namanya ust” ini juga salah kaprah dalam masyarakat, jangan menganggap ust itu sebagai orang yang terbebas dari kesalahan. Mana ada manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Gimana?masih mau menjadi orang bodoh?ana akan kasih beberapa contoh lainnya yang InsyaAllah bisa menjadi renungan untuk kita semua.

Banyak orang-orang yang sudah bergelar prof,doktor, dll tetapi tidak tahu Tauhid, tidak Tahu Sunnah, Tidak tahu syirik, Tidak Tahu bid’ah. Ini sama saja gelar mereka tidak ada apa-apanya, sama saja mereka dengan orang-orang awam, karena apa? Mempelajari ilmu dien(agama) itu wajib bagi setiap muslim dan tidak ada penghalangnya, sedangkan mempelajari ilmu dunia, seperti kedokteran, komputer, pertanian dll merupakan fardu kifayah yaitu gugur kewajibannya apabila yang lain sudah mengamalkannya atau mengerjakannya. Jadi jangan kita anggap karena seorang prof, DR dengan seenak-enaknya tidak belajar agama. Malah saya katakan, misal ada dua orang yang pertama dia tidak ahli ilmu kedunian, tetapi tahu hak-hak ALLAH sedangkan yang kedua merupakan orang terkenal dengan gelar PROFESORnya tetapi tidak tahu Tauhid, bagaimana wudhu dan shalat yang benar, saya akan katakan orang yang pintar adalah orang yang pertama meskipun tidak memiliki gelar apa pun. Jadi intinya kita jangan melihat orang dari jabatan Dunianya saja, tapi lihat agama seseorang.

“Ketauhilah ilmu Syar’I adalah cahaya Allah, dan cahaya Allah tidak akan diberikan oleh orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat” oleh al ilmam ibnu qayim.

Jadi orang yang dikatakan berilmu adalah orang-orang yang mengetahui hak-hak ALLAH. Timbul lah pertanyaan di dalam diri kita, sudahkah kita mengetahui hak-hak Allah?sudahkah kita mengamalkan apa yang diajarkan Rasulullah?.

Ketika masa-masa jahil dahulu sangat berat sekali langkah kaki ini untuk menuntut ilmu, mengeluarkan tenaga, pikiran bahkan untuk membeli kitab saja enggan Rasanya. Benarlah bahwa ilmu itu adalah cahaya dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat. Apakah kita tidak ingin mendapatkan cahaya Allah?apakah kita tidak menginginkan perjumpaan dengan Allah kelak?. Ya pelajari ilmu yang shahih apa yang dibawakan oleh Rasulullah dan yang diajarkan oleh para Sahabat. Banyak ketika kita tanyakan kepada anak muda untuk menyuruhnya menuntut ilmu, dengan pasrah mereka mengatakan “ya saya seperti ini karena udah kebiasaan teman-teman,sulit rasanya bepisah” apa ini perkataan yang baik dan pantas yang keluar dari bibir kita?mana yang lebih engkau Takutkan adzhab Allah atau sekedar teman yang jahil(bodoh) dalam agama. Kalau saya bilang sebenarnya mereka sadar, tetapi mereka lebih takut untuk kehilangan teman daripada hidayah Allah. Beruntunglah orang-orang yang telah mendapatkan hidayah dan petunjuk Allah.

Duduk dengan orang-orang yang baik dan shalih yang dipercaya dalam keilmuan mereka atau amanat mereka, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Permisalan teman duduk yang baik dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, penjual minyak wangi tidak akan melukaimu, mungkin engkau membelinya atau engkau mendapatkan baunya. Sedangkan pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu, atau engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap”. [Hadits riwayat Bukhari]

Maka wajib bagimu wahai pemuda, untuk berteman dengan orang-orang yang sudah dikenal berakhlak baik dan menjauh dari akhlak yang jelek dan perbuatan yang hina, hingga engkau mengambil dari teman itu "madrasah" darinya engkau mendapatkan pertolongan untuk berakhlak baik.

Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yangjelek.

Maka jika seseorang mengetahui bahwa berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini, maka hendaknya ia menjauhinya.

Itulah alasannya ana meninggalkan teman-teman yang jauh dari agama, ana tidak ingin larut dalam kebodohan, hobinya hanya kumpul-kumpul, bermain musik, mendengarkan nyanyian. Benar-benar terasa mati hati ini ketika dibacakan firman Allah. Jadi apakah masih mau berteman dengan orang-orang yang jauh dari agama?silahkan dijawab sendiri!!!

sedikit point tambahan kenapa saya memilih manhaj salaf, terkadang saya mengamati kajian-kajian yang ada di TV koq Hijab(pembatas) antara ikhwan dan akhwatnya terbuka lebar, artinya si ikhwan dan akhwat dengan jelas bisa melihat atau berpandang-pandangan. Sedangkan terkadang ust nya sendiri suka bilang “jagalah hati jangan kau kotori” mungkin antum semua sudah tahu kata-kata tersebut, bagaimana mungkin kita bisa menjaga hati kalau mata ini saja masih bergerak bebas untuk melihat wanita yang jelas-jelas hijabnya tidak sempurna. Dan yang lebih saya sayangkan ust-ust nya ketika membawakan ceramah hampir tidak pernah membawa kitab, ceramah hanya dengan mik saja. Kalau yang dia ceramahkan ketika membawakan hadits dan periwayatannya salah bagaimana?.

Saya teringat cerita imam-imam terdahulu yang hafal ribuan hadits tetapai mereka para imam tetap membawakan kitab untuk diajarkan kepada murid-muridnya, karena kehati-hatiannya. masyaAllah sungguh ana takjub dan bangga bisa mengenal dakwah Salaf, karena setiap ana kajian yang dibahas pasti dengan membawakan kitab. Sehingga yang kami dapatkan adalah ilmu bukan omongan ust nya tetapi ilmu yang telah Rasulullah Ajarkan dan ust hanya sebagai perantara dalam menyampaikannya.wallahu a’lam(semoga mengerti maksud saya).

Dan berikutnya yang ana amati ada sebagian ust di TV yang bermain film komedi, apa gak aneh jadinya??!!! Mestinya sosok ust yang menjadi panutan masyarakat islam dalam memberikan materi dakwah, tapi ini malah menjadi pemain komedi, kita tahu bahwa komedi itu sendiri banyak dustanya.hmmmm kalau kita tidak pintar-pintar memilih ust akan menjadi bumerang buat diri kita sendiri. Saya ingin bertanya apakah sebagian kita sudah mengetahui bahwa alat-alat musik dan nyanyian dalam islam itu haram(dilarang)?pernahkah kita melihat sebagian ust yang berdakwah menggunakan musik sebagai sarana dakwah? Ya itulah fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat, apa ini yang disebut ust yang mengetahui sunnah Nabi?! Padahal jelas dalam islam musik itu haram, apa dalilnya ?
Sesungguhnya mendengarkan nyanyian atau lagu hukumnya haram dan merupakan perbuatan mungkar yang dapat menimbulkan penyakit, kekerasan hati dan dapat membuat kita lalai dari mengingat Allah serta lalai melaksanakan shalat. Kebanyakan ulama menafsirkan kata lahwal hadits (ucapan yang tidak berguna) dalam firman Allah dengan nyanyian atau lagu.

“Artinya : Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan ucapan yang tidak berguna” [Luqman:6]

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bersumpah bahwa yang dimaksud dengan kata lahwul hadits adalah nyanyian atau lagu. Jika lagu tersebut diiringi oleh musik rebab, kecapi, biola, serta gendang, maka kadar keharamannya semakin bertambah. Sebagian ulama bersepakat bahwa nyanyian yang diiringi oleh alat musik hukumnya adalah haram, maka wajib untuk dijauhi. Dalam sebuah hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau berpendapat.

“Artinya : Sesungguhnya akan ada segolongan orang dari kaumku yang menghalalkan zina, kain sutera, khamr, dan alat musik” [Al-Bukhari].

Bagaimana mungkin dakwah dengan nyanyian, sungguh aneh dan bodoh, terasa sekali tidak ada ilmunya. Yang dikatakn ilmu adalah perkataan ALLAH, perkataan Rasulullah dan perkataan para sahabat itu baru ilmu, bukan dengan nyanyian, orang bisa saja mabuk sambil bernyanyi. Saya pernah diberitahu bahwa ada ust yang gencar mendakwahkan lewat dangdut(sebahagian dari kita sudah mengetahui), banyak sekali masyarakat yang kagum dan menggemari musiknya tetapi yang anehnya ada orang mabuk sambil joged dengan nyanyiannya. Lucu kan jadinya, mau berdakwah, tetapi tidak ada ilmunya, malah joged-joged. Y sudahlah emank lucu mau diapakan lagi, mudah-mudahan mereka mendapatkan hidayah dan petunjuk begitu pun dengan kita semoga senantiasa mendapatkan perlindungan oleh ALLAh.

Kalau ada UST yg menolak Dakwah Salaf, coba deh tanya ke UST nya langsung "Ust mau Surga gak?"psti jwabannya ya mau lah,"emank ust dijanjikan masuk Surga?"pasti jawabannya gak(Kalo ngaku ust nya dijanjiin masuk surga, lebih baik tinggalin majelisnya deh udah sesat tuh namanya!!!),"ust tau gak siapa yg pertama kali ditarbiyah oleh Rasulullah?",pasti jwabnnya para Sahabat donk,”ust tahu gak siapa orang yang pertama kali beriman setelah Rasulullah?"pasti jawabnya para sahabat adek yang manis,”ust tahu gak orang yang dijanjikan surga oleh Allah setelah Rasulullah?”jawabannya pasti para sahabat,”ust tahu orang yang berilmu setelah Rasulullah?”,jawabanya para sahabat naq,”ust tahu gak orang yang paling baik amalnya setelah Rasulullah?”,waduuh ya para sahabat dunk,” ust yang baik tahu gak siapa yang menemani Rasulullah dalam berjihad?”, waduh anak manis ya jawabannya para sahabat dunk, mereka kan gagah-gagah dan pemberani,”nah ust tahu gak kalau orang yang paling paham dengan ilmu yang dibawakan oleh Rasulullah?”,banyak nanya nih kaya quis aja, ya jawabannya para sahabat lah,”nah itu ust tahu,KENAPA UST MENOLAK DAKWAH SALAF?" bgung deh tu UST pastinya ,malah lbih pinter muridnya...kalau tuh ust masih ngeyel berarti ust nya sombong, merasa lebih pintar dari sahabat Rasulullah. Wallahu a’lam.

Rasanya saya cukupkan dahulu sampai sini, InsyaALLAH akan ada lanjutannya karena banyak sekali yang ingin dibahas. Oh ya apabila antum-antum semua punya pengalaman yang menarik dalam mengenal dakwah silahkan ya berbagi cerita dengan ana, ana akan sangat senang sekali. Jujur ana sangat bahagia bertemu dengan orang-orang yang telah mendapatkan hidayah Allah dan orang seperti itu telah banyak bercerita kepada ana, makanya ana berani untuk menulis note ini, yup udah malem nih, semoga semangat selalu y dan jangan bosan-bosan untuk menegur ana apabila ada kesalahan, ana akan terima dengan lapang dada. Oh ya untuk memperjelas mulia dengan manhaj salaf antum semua bisa baca kembali di note saya yang berjudul”mulia dengan sunnah” InsyaAllah pembahasannya jelas dan gamblang Barakallahu fyk. Wasalamu’alaykum….

Bandung 00.20 WIB di kosan(tanggalnya dirahasiakan).
Blog: http://alfanizzah.blogspot.com
Rujukan:
-kitab prinsip-prinsip aqidah ahlus sunnah wal jama’ah(ust Yazid)
-penjelasan HUKUM NYANYIAN ATAU LAGU oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahulaah

sumber & blog yang disarankan dibaca: http://alfanizzah.blogspot.com/2010/02/kenapa-saya-memilih-dakwah-salaf.html

Category: | 0 Comments

Pembahasan yang sangat menarik mengenai hukum melamar kerja dengan ijazah palsu “hasil menyontek”. Penjelasan berikut adalah hasil dialog Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -rahimahullah- dan Syaikh Muhammad Sholih Al Munajjid -hafizhohullah-. Semoga bermanfaat.

Pertanyaan 3481: Gaji yang didapat dari ijazah palsu

Pertanyaan, “Apa hukum gaji yang didapat oleh orang yang bekerja dengan dasar ijazah keterampilan (semisal ijazah profesi, pent) yang palsu namun pada akhirnya mampu menguasai keahlian tersebut. Ada orang yang masuk kerja dengan ijazah keterampilan yang dipalsukan kemudian setelah enam bulan bekerja dia mampu menguasai pekerjaan ini. Kemampuan yang dia miliki pada akhirnya sama persis dengan pekerja yang memiliki ijazah asli. Apa hukum gaji pegawai semacam ini setelah dia menguasai pekerjaannya?

Jawaban, “Pertanyaan ini telah kami (Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid) sampaikan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin dan terjadilah dialog sebagai berikut:

Ibnu Utsaimin mengatakan, “Menurutku pegawai tersebut harus dites ulang kecuali jika dia hanya melakukan kecurangan ujian (baca:nyontek atau yang lain) pada mata kuliah yang tidak memiliki hubungan dengan pekerjaannya”.



Pertanyaan, “Bagaimana dengan orang yang memiliki ijazah sarjana namun ketika ujian dia melakukan kecurangan?”.

Jawaban Ibnu Utsaimin, “Yang jadi tolak ukur adalah tahun terakhir. Artinya seandainya ada orang yang melakukan kecurangan dalam ujian kecuali pada ujian semester terakhir maka ijazahnya tidaklah bermasalah”.

Catatan: Fatwa beliau ini berlaku jika transkip ijazah hanya berdasarkan nilai di semester terakhir.


Pertanyaan, “Dengan kata lain selama kuliah selama empat tahun tidak melakukan kecurangan dalam ujian kecuali hanya pada semester terakhir saja?”

Ibnu Utsaimin menjawab, “Betul, yang jadi tolak ukur adalah nilai semester yang dimasukkan ke dalam ijazah”

Pertanyaan, “Bagaimana jika ijazah orang tersebut palsu artinya dia sama sekali belum pernah mengenyam bangku kuliah? Atau jurusan kuliah yang sebenarnya berbeda dengan ijazahnya, misal ada orang yang kuliah di fakultas ekonomi namun punya ijazah sarjana komputer yang palsu kemudian setelah beberapa saat bekerja di bidang komputer akhirnya dia mahir dalam bidang komputer?

Ibnu Utsaimin menjawab, “Tidak boleh baginya untuk bekerja di bidang tersebut namun sekarang setelah dia mengusai bidang tersebut maka dia harus dites ulang oleh perusahaan tempat dia bekerja”.

Pertanyaan, “Tentu perusahaan tidak memiliki kaitan dengan pihak universitas. Menurut anda orang tersebut harus keluar dari tempat dia bekerja?”

Jawaban Ibnu Utsaimin, “Ada beberapa alternatif
a) keluar dari tempat kerja,
b) jika saat ini orang tersebut memiliki kesiapan hendaknya dia mengajukan diri kepada perusahaan agar mengetesnya terkait dengan mata kuliah yang sangat berhubungan dengan dunia kerja yang dia geluti saat ini,
c) atau jika perusahaan tidak mempermasalahkan apakah dia sarjana ataukah bukan sarjana maka orang tersebut hendaknya dites ulang tentang kemampuannya bekerja di bidangnya saat ini”


Pertanyaan, “Jadi pegawai tersebut harus mengatakan kepada pihak perusahaan, Adakan tes ulang untuk diriku”?

Ibnu Utsaimin menjawab, “Betul, hendaknya dia sampaikan kepada pihak perusahaan, Aku ingin memastikan kemampuan dalam bekerja maka tolong adakan tes ulang tentang kemampuan kerjaku”.


Pertanyaan, “Jadi tes yang dimaksudkan di sini bukan tes yang dilakukan oleh pihak universitas?” .

Ibnu Utsaimin menjawab, “Betul, pihak perusahaan tidaklah peduli apakah karyawannya itu sarjana ataukah bukan”.


Pertanyaan, “Bagaimana dengan perusahaan yang mempersyaratkan sarjana dan memiliki ijazah dalam bidang komputer untuk bisa bekerja di perusahaan tersebut?”

Ibnu Utsaimin menjawab, “Jadi ada dua kriteria
a) sarjana,
b) memiliki kemampuan di bidang komputer.
Dengan kata lain orang tersebut harus benar-benar memiliki ijazah sarjana yang asli”


Pertanyaan, “Jadi si pegawai harus menyampaikan kepada pihak perusahaan bahwa dia masuk kerja dengan ijazah palsu? Sehingga perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menerima keadaan orang tersebut saat ini karena dia saat ini telah menguasai bidang yang dia tangani atau pegawai tersebut keluar kerja. Dengan kata lain, si pegawai harus menjelaskan kepada tempat dia bekerja keadaan dirinya yang sebenarnya?”

Ibnu Utsaimin menjawab, “Betul”.

الإسلام سؤال وجواب (www.islam-qa.com)

سؤال : 6418 : غش في اختبارات الشهادة الجامعية وتوظّف بها .


Curang dalam ujian untuk mendapatkan ijazah sarjana lalu bekerja dengan ijazah tersebut

Ada orang yang bekerja dengan sebab ijazah sarjana yang palsu. Ada juga yang memiliki ijazah sarjana yang asli namun pernah menyontek pada salah satu ujian semesteran. Ada juga yang melengkapi persyaratan kerja berupa ijazah ketrampilan atau profesi palsu. Mereka semua telah bekerja dan menguasai pekerjaannya dengan baik. Apa yang harus dilakukan mereka bertiga setelah mereka bertaubat? Perlu diketahui bahwa sebagian di antara mereka PNS namun ada juga yang bekerja di perusahaan swasta.

Pertanyaan di atas telah kami sampaikan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin dan jawaban beliau adalah sebagai berikut, “Jika pondasi rusak maka bangunannya tentu rusak. Kewajiban tiga jenis orang di atas adalah mengulang ujian untuk mendapatkan ijazah yang dengan sebab ijazah tersebut mereka bisa mendapatkan gaji. Namun seandainya saat ujian semester terakhir orang tersebut tidak menyontek dan menyontek hanya dilakukan pada semester-semester sebelumnya maka aku berharap orang tersebut tidak berdosa disebabkan gaji yang didapatkan dengan ijazah semacam itu”.


Pertanyaan, “Namun nilai yang diberikan di ijazah atau di transkip nilai adalah nilai untuk semua mata kuliah yang diajarkan selama masa belajar”.

Ibnu Utsaimin menjawab, “Jika demikian orang tersebut tidak boleh menerima gajinya sehingga dia mengulang semua ujian tanpa contekkan”.



Pertanyaan, “Namun realitanya, andai orang tersebut menghadap ke pihak universitas dan menyampaikan keinginannya untuk melakukan ujian ulang maka pihak universitas akan mengatakan bahwa sistem pembelajaran yang ada tidak mengizinkan hal semacam itu”.

Ibnu Utsaimin menjawab, “Jika demikian hendaknya orang tersebut keluar dari tempat kerjanya kemudian mencari pekerjaan baru sesuai dengan ijazah sekolah yang tidak tercemar dengan menyontek atau melakukan kecurangan ketika ujian semisal ijazah SMA-nya”.


Pertanyaan, “Bagaimana jika pegawai tersebut mengatakan bahwa dia telah menguasai pekerjaan dengan baik dan kemampuannya dalam bekerja menyebabkan dia berhak untuk bekerja meski tidak memiliki ijazah?”

Ibnu Utsaimin menjawab, “Jika demikian, hendaknya dia melapor ke bagian personalia tempat dia bekerja dan menyampaikan bahwa realita senyatanya dari ijazahnya adalah demikian dan demikian. Jika pihak tempat dia bekerja mengizinkan orang tersebut untuk tetap bekerja di tempat tersebut dengan pertimbangan bahwa dia telah menguasai pekerjaan dengan baik maka aku berharap moga dia tidak berdosa jika tetap bekerja di tempat tersebut”.

Wallahua'lam...

الإسلام سؤال وجواب (www.islam-qa.com

Sumber:http://www.saaid.net/Doat/Zugail/27.htm dan http://alhaqagency.blogspot.com/search/label/fiqih

Artikel www.ustadzaris.com

blog yang disarankan :

http://alhaqagency.blogspot.com

http://hanahuwaida.blogspot.com


Category: | 0 Comments

oleh Abu Fahd NegaraTauhid pada 27 Oktober 2010 jam 21:22

Kitab al-Ma’tsurat oleh Hasan al-Banna adalah kitab yang sangat populer di kalangan kaum Muslimin di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Bahkan wirid-wirid yang terkandung di dalamnya dijadikan sebagai amalan harian wajib bagi para pengikut kelompok Ikhwanul-Muslimin dan kebanyakan para aktivis pergerakan Islam di Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu telah masuk kepada kami pertanyaan dari sebagian pembaca tentang kitab al-Ma’tsurat ini, apakah kitab ini layak untuk diamalkan kandungannya, karena banyak dari kaum Muslimin di daerahnya yang mengamalkan wirid-wirid dalam kitab ini.

Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah dalam pembahasan kali ini akan kami paparkan studi kelayakan kitab al-Ma’tsurat ini untuk dipakai dan diamalkan kandungannya.

Penulis Kitab “al-Ma’tsurat”

Penulisnya adalah Syaikh Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna, pendiri jama’ah Ikhwanul-Muslimin. Ia dilahirkan pada tahun 1906 M di Mahmudiyyah Buhairah, Mesir, dan meninggal di Kairo, Mesir tanggal 12 Februari 1949 M.

Hasan al-Banna adalah pengikut tarikat shufiyyah Hashshofiyyah sejak usia muda. Dia mengenal tarikat Hashshofiyyah semenjak duduk di Madrasah Mu’allimin UIa di Damanhur. Dia kemudian berbai’at di hadapan mursyid Tarikat Hashshofiyyah, Syaikh Abdul-Wahhab al-Hashshofi, dan kemudian aktif dalam kepengurusan Jam’iyyah Hashshofiyyah al-Khoiriyyah.

Semasa hidupnya, Hasan al-Banna selalu mengamalkan ritual-ritual tarikat Hashshofiyyah tersebut seperti Wadhifah (wirid) Rozuqiyyah tiap pagi dan petang. Nampaknya Wadhifah Rozuqiyyah ini adalah asal dari Wadhifah Kubra (nama lain dari al-Ma’tsurat sebagaimana tertera dalam judul cetakannya).

Hasan al-Banna tidak hanya mengamalkan Wadhifah Rozuqiyyah saja, bahkan dia juga mengikuti ritual Hashshofiyyah di kuburan-kuburan dengan cara menghadap kepada sebuah kuburan yang terbuka dengan tujuan untuk mengingat kematian, kemudian ritual Hadhrah setelah sholat Jum’at, dan ritual Maulid Nabi.

Abul-Hasan an-Nadwi berkata: “Hasan al-Banna selalu mengamalkan wirid-wirid dan ritual-ritual ini hingga akhir hayatnya.” (Tafsir Siyasi lil-Islam halaman 83).

Adapun dalam segi aqidahnya, Hasan al-Banna adalah Asy’ari Mufawwidhah sebagaimana nampak dalam kitabnya, Aqa’id (lihat Mudzakkirat Da’wah wa Da’iyyah, Nazharat fi Manhaj Ikhwanul-Muslimin dan Thoriqoh Hasan al-Hanna wa Ashumul-Waritsin)

Wirid-Wirid “al-Ma’tsurat” yang Lemah atau Tidak Ada Asalnya

Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk diantara ibadah-ibadah yang paling utama. Sedangkan ibadah wajib dilandaskan atas dalil yang tsabit (kuat) dan tidak boleh menetapkan suatu ibadah tanpa dalil atau dengan dalil yang dha’if (lemah). Maka tidak boleh seorang Muslim mengamalkan suatu dzikir tertentu kecuali setelah meyakini bahwa dzikir tersebut dinukil dengan dalil yang tsabit dari al-Qur’an dan as-Sunnah (lihat bahasan “Hadits Dha’if dalam Fadho’il-A’mal” dalam Majalah al-Furqon Edisi Spesial Ramadhan-Syawwal Tahun 6).

Setelah kami meneliti do’a-do’a dan dzikir-dzikir dalam kitab al-Ma’tsurat ini ternyata ada beberapa dzikir yang lemah dalilnya atau bahkan tidak ada asalnya sama sekali, di antara do’a-doa dan dzikir-dzikir tersebut ialah:

- Wirid Pertama

Ashbahnaa wa asbaha al-mulku lillahi laa syariikalahu wa alhamdu kulluhu lillahi laa syarikalahu laa ilaha illa allahu wa ilaihi an-nusyuur.

Artinya: “Sesungguhnya kami terjaga di pagi hari dengan (kesadaran bahwa)/kerajaan (bumi dan segala isinya) ini seluruhnya adalah milik Allah. Dan segala puji bagi Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Rabb selain Dia dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.

Wirid ini datang dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul-Mufrod 1/211 nomor 604 dan, Ibnu Sunni dalam Amal Yaum wa Lailah halaman 74 dari jalan Abu Awanah dari Umar bin Abi Salamah dari bapaknya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu.

Riwayat ini dikatakan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah: “Dha’if dengan lafazh ini, di dalam sanadnya terdapat Umar bin Abi Salamah az-Zuhri al-Qodhi, fihi dha’fun (padanya terdapat kelemahan).” (Dho’if Adabul-Mufrad halaman 60).

- Wirid Kedua

Allahumma ma ashbaha bii minni’mati faminka wahdaka laa syariika laka falaka alhamdu walaka asy-syukru.

Artinya: “Ya Allah nikmat apapun yang kuperoleh dan diperoleh seseorang di antara makhluk-Mu adalah dari-Mu, yang Tunggal dan tak bersekutu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.

Wirid ini terdapat dalam hadits Abdullah bin Ghonam al-Bayadhi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 4/318, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya 3/143, Nasa’i dalam Sunan Kubro 6/5, Abu Bakar asy-Syaibani dalam Ahad wal-Matsani 4/183, dan Baihaqi dalam Syu’abul-Iman 4/89 dari jalan Rabi’ah bin Abi Abdirrahman dari Abdullah bin Anbasah dari Abdullah bin Ghonam al-Bayadhi.

Abdullah bin Anbasah dikatakan oleh adz-Dzahabi rahimahullah: “Hampir-hampir tidak dikenal.

Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrij Kalimu Thoyyib halaman 73 dan Dho’if Jami’ Shaghir : 5730.

- Wirid Ketiga

Yaa rabbi laka alhamdu kamaa yanbagii lijalaali wajhika wali’adhiimi sulthaanika.

Wirid ini terdapat dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu ’anhuma yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1249, Thabrani dalam Mu’jam Ausath 9/101 dan Mu’jam Kabir 12/343, dan Baihaqi dalam Syu’abul-Iman 4/94 dari jalan Shadaqah bin Basyir dari Qudamah bin Ibrahim al-Jumahi dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ’anhuma.

al-Bushiri rahimahullah berkata: “Sanad ini, terdapat kritikan padanya.” (Mishbahu Zujajah 4/130).

Shadaqah bin Basyir dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Taqrib: “Maqbul (yaitu diterima haditsnya jika ada penguatnya, kalau tidak ada penguatnya maka haditsnya lemah).”

Qudamah bin Ibrahim dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Taqrib: “Maqbul.”

Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’if Sunan Ibnu Majah halaman 308 dan Dha’if Jami’ Shoghir : 1877.

- Wirid Keempat

Allahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wanabiyyika warosuulika an-nabiyyi al-ummii wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallim tatsliimaa ‘adada ma ahaatho bihi ‘ilmuka wakhoththo bihi qolamuka wa ahshoohu kitaabuka…

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan kami Muhammad hamba-Mu, nabi-Mu, dan rasul-Mu, nabi yang ummi, dan atas keluarganya; dan limpahkanlah salam sebanyak yang diliput oleh ilmu-Mu dan dituliskan oleh pena-Mu, dan dirangkum oleh kitab-Mu.

Shalawat ini adalah shalawat yang bid’ah yang tidak ada asalnya, tidak ada di dalam kitab-kitab hadits yang mu’tabar sepanjang penelitian kami.

Wirid-wirid diatas (1 s/d 4) adalah yang lemah atau tidak ada asalnya. Di samping itu, di dalam kitab al-Ma’tsurat ini banyak wirid-wirid lain yang shahih lafazhnya tetapi bid’ah dari segi kaifiyyat (tatacara)nya karena memberikan bilangan bacaan-bacaannya yang tidak pernah ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Do’a “Rabithah” yang Bid’ah

Pada akhir kitab al-Ma’tsurat ini tercantum Do’a Rabithah yang berbunyi:

Allahumma innaka ta’lamu anna hadihi al-quluuba qodijtama’at ‘alaa mahabbatika waltaqot ‘alaa thoo ‘atika watawahhadat ‘alaa da’watika wa ta’aahadat ‘alaa nushroti syarii’atika fawassiq allahumma roobithhaa wa adim wuddahaa.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah (kecintaan) hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di (jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya ya Allah, abadikan kasih sayangnya…

Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullah berkata: “Di akhir al-Ma’tsurat terdapat wirid rabithah, ini adalah bid’ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah.” (Kitab TarbiyatuI-Aulad fil-Islam Ii Abdullah Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi halaman 126).

Hukum Wirid-Wirid Bid’ah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling afdhal (utama), dan ibadah dilandaskan atas tauqif dan ittiba’, bukan atas hawa nafsu dan ibtida’, Maka do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling utama untuk diamalkan oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo’a. Orang yang mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang berada di jalan yang aman dan selamat. Faedah dari hasil yang didapatkan dari mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam begitu banyak sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kadang-kadang diharamkan, kadang-kadang makruh, dan kadang-kadang didalamnya terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi manusia dzikir-dzikir dan do’a-do’a yang tidak disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut sebagai ibadah rutin seperti shalat lima waktu, bahkan ini termasuk agama bid’ah yang tidak diizinkan oleh Allah Azza wa Jalla. Adapun menjadikan wirid yang tidak syar’i maka ini adalah hal yang terlarang, bersamaan dengan ini dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i sudah memenuhi puncak dan akhir dari tujuan yang mulia, tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i menuju kepada dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid’ah melainkan (dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau melampaui batas.” (Majmu’ Fatawa 22/510-511).

Beliau rahimahullah juga berkata:

Seseorang yang berpaling dari do’a yang syar’i kepada yang lainnya -walaupun itu adalah hizb-hizb- (wirid-wirid) sebagian masyayikh (para syaikh)- maka yang paling bagus baginya adalah hendaknya tidak meluputkan bagi dirinya do’a yang lebih afdhal dan yang lebih sempurna, yaitu do’a-do’a Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia yang lebih afdhal dan lebih sempurna dari do’a-do’a yang lainnya dengan kesepakatan kaum Muslimin, meskipun do’a-do’a yang lain tersebut diucapkan oleh sebagian masyayikh, apalagi jika do’a-do’a tersebut di dalamnya terdapat kesalahan atau dosa atau yang lainnya? Diantara orang-orang yang paling tercela adalah orang yang menjadikan hizb (wirid) yang tidak ma’tsur (dinukil) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam -walaupun itu adalah hizb-hizb sebagian masyayikh- dan meninggalkan hizb-hizb Nabawiyyah yang diucapkan oleh Penghulu Bani Adam, Imam para makhluk, dan hujjah Allah atas para hamba-Nya.” (Majmu’ Fatawa 22/525).

Badal (Pengganti) Kitab Ini

Setelah melihat banyaknya hal-hal yang bid’ah dalam kitab al-Ma’tsurat ini, kami memandang bahwa kitab ini tidak layak dijadikan pegangan di dalam wirid-wirid keseharian seorang Muslim.

Kami menganjurkan agar saudara-saudaraku kaum Muslimin memilih kitab-kitab dzikir lainnya yang mengacu kepada do’a dan dzikir yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara kitab-kitab yang kami anjurkan untuk dipakai adalah:

  1. aI-Adzkar oleh aI-Imam an-Nawawi bersama penjelasan derajat haditsnya dalam kitab Shahih wa Dha’if aI-Adzkar oleh Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali.
  2. al-Kalimu Thayyib oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah dengan takhrij Syaikh al-Albani.
  3. Tuhfatul-Akhyar oleh Syaikh Abdul-Aziz bin Baz.
  4. Shahih Kalimu Thayyib oleh Syaikh al-Albani.
  5. Hishnul-Muslim oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani (telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia).

Oleh: al-Ustadz Abu Ahmad, diambil dari Majalah Al Furqan.

sumber: http://ahlussunnah.info/2009/12/16/artikel-ke-11-bidah-dalam-kitab-al-matsurat-karya-hasan-al-banna



Category: | 0 Comments

Ditulis oleh As-Salafy di/pada Oktober 10, 2009

Batam 14 January 2007

Seorang ikhwan menanyakan lewat email mengapa Rytha hijrah….karena sesuatu hal email tersebut tidak sempat terbalas….

Mungkin dengan sharing di sini bisa memberikan jawaban bukan saja buat beliau tapi kepada saudara saudara seiman lainnya yang sekarang masih dalam lingkaran hizbiyah….

Rytha tidak akan membahas dengan detail dari segi shar’inya karena inshaAllah sudah banyak sekali ulama-ulama ahlul sunnah yang lebih berkompoten yang membahasnya… InsyaAllah akan diberikan referensi kepada mereka yang berhati ikhlas dan memang benar benar mencari jalan yang benar dan lurus dan bersungguh sungguh untuk mempelajarinya…

Yang akan Rytha paparkan di sini adalah apa yang Rytha rasakan dan yang Rytha alami sendiri..

Afwan ini tidak di maksudnya dalam ber ghibah yang semata mata untuk menjelekkan suatu golongan akan tertapi dalam rangka menasehati. Seperti halnya apa yang Imam Nawawi katakan… “Ketahuilah bahwasanya ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar dan syar’i, di mana tidak mungkin sampai kepada tujuan tersebut, kecuali dengan cara berghibah, yang demikian itu disebabkan enam perkara : Yang keempat, dalam rangka memberi peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan dalam rangka memberi nasehat kepada mereka, dan yang demikian itu dalam kondisi-kondisi berikut ini.

Di antaranya, dalam rangka menjarh (meyebutkan cacat) para majruhin (orang-orang yang disebutkan cacatnya) dari para rawi hadits dan saksi, dan yang demikian itu diperbolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, bahkan bisa menjadi wajib hukumnya.

Rytha maksud kan tulisan ini sebagai nasehat… insyaAllah….

Rytha menulis judul tulisan ini sebagai Hijrah…. Tapi hijrah di sini bukan bermaksud berarti pindah tempat melainkan hijrah dari duduk dan bermajelis hizbiyah ke lingkungan yang bermanhaj salafus sholeh….

Di indonesia ada suatu hizbiyah [1] yang sangat berkembang pesat dan menguasai hampir sebagian besar aktifitas aktifitas keagamaan yang mereka menyebutkan dirinya adalah “tarbiyah” aka “ikhwani” aka “PKS” yang mengadopsi pemikiran ikhwanul muslimin [2]… dan menggunakan buku buku ulama mereka sebagai text books…

Awalnya keputusan untuk hijrah itu terasa sangat sulit… karena sudah terlanjur dekat dan sayang dengan teman teman se- liqo[3]. Melihat wajah wajah polos mereka, yang tanpa mereka sadari mereka jatuh dalam suatu lingkaran yang mereka percaya sebagai lingkaran da’wah yang sunnah. Mereka orang-orang yang bersemangat untuk memperjuangkan islam… Kadang hati semakin berat melihat jundi jundi kecil mereka yang polos….. Sangat sulit, ada perasaaan alangkah jeleknya meninggalkan saudara seiman tanpa terlebih dahulu melakukan sesuatu…..

Dulu Rytha berfikir Rytha lebih baik tetap berada di lingkungan tersebut dan melakukan perubahan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan Rytha… Toh sepertinya tidak ada bedanya…

Baru akhirnya di sadari hal tersebut tidak tepat..InsyaAllah nanti Rytha akan berbagi mengapa pemikiran tersebut tidak tepat.

Suatu prinsip yang mendarah daging bagi para ikhwah tarbiyah adalah selama semua kelompok-kelompok pengajian yang ada bertujuan untuk mencari keridhoan Allah dan surga, maka kelompok itu semua adalah benar. Menganggap bahwah perbedaan itu adalah fitrah, dan justru menambah “khasanah” kekayaan cara berpikir umat Islam. Benar-benar telah terdoktrin oleh pemikirannya Hasan Al-Banna, yaitu: “Marilah kita bekerja sama untuk hal-hal yang disepakati, dan saling menghargai untuk hal-hal yang berbeda”. InshaAllah akan di share juga masalah ini nanti [kalau tidak kelupaan ]

Berikut ini adalah beberapa hal yang Rytha temukan menjadikan alasan Rytha untuk hijrah. Rytha akan bagi beberapa poin…. Supaya jangan kepanjangan tulisannya akan di buat bersambung.. karena memang tulisan lengkapnya juga belum selesai

1. Murobbi.

Murobbi atau guru lebih di pilih karena factor kesenioritasan, berdasarkan lamanya seseorang tersebut bergabung. Sehingga tidak jarang di dapati bahwa kapasitas keilmuan seorang Murobbi lebih rendah dari mad’u nya (murid).

Seorang “murobbi” mengatakan bahwa fenomena itu adalah suatu fenomena yang biasa bahkan inilah yang disebutkan sebagai “tarbiyah” yang sebenarnya. Bahwa kita harus bersabar untuk menghadapi guru yang kapasitas keilmuannya lebih rendah dari kita…Tidak jarang dan tidak aneh kalau Murobbi membaca al Qur’annya lebih jelek dari mad’u nya… mungkin yang di maksud dalam hal ini liqo di harapkan sebagai saran yang saling melengkapi antara mad’u dan murobbi….

Memang banyak pelajaran dan materi liqo yang sesungguhnya bagus dan dzat materi tersebut yang di ajarkan para ulama ahlul sunnah (seperti materi ma’rifatullah, ma’rifaturrasul dan lain lain ), tapi bila materi penting ini di sampaikan oleh murobbi yang belum tentu memiliki ilmu dan pemahaman yang baik, maka ini akan menyesatkan.

Mungkin mereka akan membantah bahwa liqo yang sangat sebentar itu sangat mustahil untuk mencetak ahli syariah dan hanya lebih menekan kepada pembentukan generasi yang berwawasan dan berkepribadian Islami…

Tapi fungsi dari murobi sendiri di sini di harapkan murobbi bisa menjadi orang tua, sahabat pemimpin dan guru pada mad’u nya. Selayaknya kapasitas seorang guru yang menyampaikan ilmu haruslah yang memiliki ilmu.

Dari pengalaman yang Rytha lihat di lapangan, setiap orang di tarbiyah bisa menjadi murobbi. Setiap kader di harapkan menjadi murobbi, harus siap siapapun yang di tunjuk untuk menjadi murobbi.

Banyak yang menolak karena merasa kapasitas keilmuannya belum memadai. Tapi biasanya orang tersebut akan di nasehati bahwa kita harus berdawah walaupun untuk satu ayat. Kalau menunggu paham sampai siap… kita tidak akan pernah berda’wah.

Di sisi yang lain mereka memerlukan kader yang pro aktif untuk menjadi murobbi karena adanya target prekrutan besar besaran untuk mencapai target beberapa persen dalam pemilu. Jadi di harapkan kader “senior” yang belum memiliki bimbingan (mad’u) harus berusaha mencari bimbingan. Bahkan ini di anggap suatu ke aiban bila sudah lama liqo’ tapi masih tidak memiliku mad’u.

Na’uzubillah… ikhwah yang paham pasti dapat merasakan alangkah berbahayanya pemikiran pemikiran seperti ini….. tapi ikhwah yang sudah berada di tarbiyah ikhwani pasti sangat paham dengan apa yang Rytha katakan…kalau benar benar jujur tidak akan menyangkal fenomena fenomena ini.

Memang benar Rasulullah sallahu alahi wassalam mengatakan bahwa sampaikanlah walau hanya satu ayat. Tapi ini berarti bahwa kita harus menyampaikan benar benar sesuatu yang sudah kita pahami dan kita kuasai… dan seharusnya berda’wah sesuai dengan kapasitas yang benar benar kita pahami… Dan bukanlah menjadi kewajiban setiap orang untuk menjadi murobbi dan guru.

Menjadi Murobbi dadakan atau menjadi murobbi karena di paksakan tanpa mengetahui ilmu syar’i secara benar justru akan menyesatkan…. Hanya berdasarkan belajar dan membaca semalam buku buku syar’i dalam rangka menyampaikan materi…. Ini bukan suatu hal yang menjadikan seorang tersebut sebagai murobbi……

Kalau ingin berfikir jernih dan jujur ini bisa menjadi bibit munculnya pemikiran pemikiran yang salah… dan menimbulkan kebid’ahan kebid’ahan….

Mungkin ada ikhwah yang mengatakan bahwa liqo yang hanya 2 or 3 jam [walau kadang bisa molor sampe seharian tidak jelas]… tidak mungkin sempurna dan hanya sempat disampaikan beberapa hal hal penting saja, jadi para mad’u di harapkan menambah keilmuan lainya karena mereka memiliki perangkat “tarbiyah” yang lain seperti dauroh, mabit, tatsqif, membaca buku dan lain lain.

Ada baiknya kalau begitu para ikhwah tarbiyah juga mengikuti ta’lim dan dauroh ilmiyah dan membaca buku buku ilmiyah yang bermanhaj salaf yang di tulis oleh ulama ulama ahlul sunnah…. (Rytha yakin banyak ikhwah ikhwani yang tidak mengenal siapa yang di sebut ulama ) kebanyakan dari mereka hanya mengenal Hasan Al banna…. Said Qutb, Muhammad Ghazali, Yusuf Qordhawi, Said Hawa dan yang sejenisnya….) Tapi bukan mereka yang Rytha maksud sebagai ahlul sunnah….

InsyaAllah pada kesempatan lain akan di sampaikan beberapa ulama yang karya karya mereka yang patut di jadikan rujukan…. Ini akan lebih baik daripada ikutan mabit yang merupakan malam ke bid’ahan atau membaca buku buku ulama ulama tersebut di atas yang banyak menyimpang dan di kritik ulama ulama ahlul sunnah….

Setiap orang tidak harus menjadi murobbi.. bahkan seorang ulama besar ahli hadis abad ini Syaikh Nasiruddin Al banni beliau mengatakan diri beliau sebagai thollabul ilmy.. penuntut ilmu.

Kalau kita tidak memiliki kapasitas dalam bidang syar’i ini malah menjadi wajib bagi kita untuk tidak menyampaikan hal hal yang kita tidak pahami karena Allah sendiri melaknat orang orang yang menyampaikan apa apa yang dia tidak ketahui.

Rytha masih ingat dengan penuturan seorang Murobbi yang juga seorang istri ustadz bahwa beliau mengaku beliau sih memang tidak paham tentang ilmu syar’i tapi beliau lebih banyak akan berbagi pengalaman hidup. … bisa di bayangkan pengajian lebih banyak di gunakan untuk berbagi pengalaman pribadi, praktek deen hanya banyak didasarkan pada pengalaman dan interpretasi sendiri.. dan menurut apa apa yang di rasakan …..
Keminiman keilmuan seorang murobbi membuat liqo’at terkadang hanya untuk membuang buang waktu.. Dapat di bayangkan seorang wanita terkadang harus meninggalkan rumah, meninggalkan anaknya atau membawa anaknya untuk berdiam di suatu tempat yang akhirnya berhasil pada kesia siaan…

Rytha bisa merasakan bagaimana merasa sia sianya terkadang seseorang meninggalkan aktifitasnya hanya untuk berkumpul tampa menghasilkan hal berarti…

Pernah seorang murobbi membahas tentang bagaimana kita harus bersikap ramah terhadap sekeliling… kita harus menebar senyum…dan beliau memberi contoh dari prilaku seorang yang baik di lingkungan beliau… sampai pada suatu titik dimana kita juga harus senyum pada orang pemabuk yang merupakan laki laki non mahram… dikala disampaikan ketidak setujuan……beliau berusaha mengukuhkan pendapat beliau dengan “pengalaman pribadi beliau” dan cerita pengalaman orang lain… sangat jauh dari tinjauan fiqih dan shar’i yang syarat dengan hadist dan ayat dan juga fatwa fatwa ulama ahlul sunnah.. subhanallah…

Murobbi yang lain… menyampaikan materi dari buku… sepanjang pengajian beliau akan membaca dari buku dan sesekali akan memberkan penjelasan … bukan penjelasan atsar…. Tafsir atau syarah.. atau perkataan ulama.. melainkan penjelasan secara logika …..

Sedikit yang ingin ditambahkan berkenaan dengan peran murobbi dalam harokah ikhwani….Peran murobbi dirasa sangat besar, pada tingkatan tertentu murobbi harus di patuhi sepertihalnya mematuhi orang tua…bahkan lebih….

Murobbi memang di harapkan sebagai pendidik…. Tapi terkadang menjadi pendidik yang melarang hal hal yang secara syariat di bolehkan …..

Kepatuhan seorang mad’u dan ketakutan mereka terhadap murobbi di rasakan sangat berlebihan.. karena akan ada sangsi boikot, hukuman dan di introgasi bila ada hal hal yang tidak bersesuaian dengan instruksi murobbi…ini menimbulkan bibit bibit taqlid dan fanatisme yang berlebiham… [1]

Pada suatu kesempatan ada seorang ukhti yang menceritakan bahwa bimbingannya mengaji di tempat yang lain….Saat itu murobbi mengatakan bahwa dia harus memilih [tidak bisa mengaji di keduanya]. Padahal setiap muslim adalah pribadi yang bebas untuk thollabul ilmy selama dia yakin bahwa yang di ajarkan adalah yang benar. Seorang murobbi seharusnya bisa memberikan penjelasan ilmiah untuk menghalangi mad’u nya mengikuti majelis ilmu yang lain kalau majelis ilmu tersebut memang terbukti keluar dari jalan yang benar….

Berdasarkan share pengalaman yang Rytha baca.. murobbi merasa tidak senang bila mengetahui mad’u nya ikut kajian kajian bermanhaj salaf… Alasannya karena bisa membuat bingung bila mengaji di banyak tempat….
Rasanya suatu alasan yang kurang tepat…. …

Nanti insyaAllah akan di berikan contoh bagaimana seorang morrobi “berhak” menentukan calon pengantin anak didiknya.

InshaAllah Rytha akan berpindah ke poin kedua tentang beberapa hal yang ditemukan dalam kegiatan “tarbiyah” ikhwani …..

2. Rangkaian kegiatan di dalam liqo.

Acara liqo dari tempat ke tempat biasanya typical karena Rytha sudah beberapa kali berpindah kelompok liqo…

Kemungkinan sebagian besar dari mereka menganggap rutinitas itu adalah satu rutinitas yang ada tuntunan syar’i nya, setidaknya menganggap itu suatu kebaikan…..

Waktu Liqo di jadwalkan biasanya tidak lebih dari 2 jam. Tapi dalam prakteknya biasanya bisa seharian….. Tetapi ilmu yang didapat tidak sebanding dengan waktu yang sudah terbuang… Terkadang suami suami yang menunngu istrinya liqo sampai marah karena menunggu kelamaan….

Para ikhwan [bapak-bapak] biasanya mengadakan liqo pada waktu malam sampai menjelang tengah malam..…. Seorang murobbi sempat berpesan kepada binaannya…nanti kalau menikah dengan suami yang aktivis harus siap di tinggal di malam hari….

Mungkin tidak salah pulang larut kalau memang benar benar untuk tholabul ilmy.. Tapi liqo para mereka “para petinggi petinggi” konon isinya hanya banyak membicarakan masalah politik, da’wah dan strategi….. Alangkah ruginya bila sudah menghabiskan waktu tanpa mendapatkan charge ruhiyah keilmuan yang di dapat… Hampir di pastikan sholat lail juga akan terlewat… Ditambah lagi rasa bersalah terhadap istri dan anak dan dosa di hadapan Allah subhana wata’ala meninggalkan istri sendiri di rumah….

Acara liqo biasanya dibuka dengan pembacaaan Al-Qur’an. Bukan hanya acara liqo saja tapi hampir semua kegiatan selalu di buka dengan bacaaan Al-Qur’an….

Membaca Al Qur’an memang merupakan suatu kebaikan… tapi menjadikannya sebagai rutinitas yang selalu di lakukan sebagai pembuka untuk semua kegiatan memerlukan tinjauan syar’i, karena bila di biarkan masyarakat awam akan mencontohnya. Mencontoh sesuatu yang tidak memiliki dasar, akan cendrung membuat mereka menganggap hal tersebut bagian dari sunnah…. Bahkan Rytha yakin sebagian dari saudara ikhwani mereka merasa seakan ada hal sunnah yang hilang bila hadir dalam suatu majelis dan tidak di awali dengan bacaaan Al Qur’an….wallahualam….

Selanjutnya acara akan dilanjutkan oleh kultum, dari salah seorang anggota dan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh murobbi…

Materi yang di sampaikan oleh Murobbi biasanya diawali dengan membicarakan pengumuman-pengumuman mengenai kegiatan kepartain, kepanitian, dan lain lain..sehingga waktu yang tersisa untuk menyampaikan materi keagamaan hanya beberapa menit saja… Terkadang yang beberapa menit itu pun sama sekali tidak berisi apa apa…

Semakin tinggi tingkatan kita semakin banyak masalah kepartaian yang di bicarakan dalam majelis….

Terkadang liqo di isi dengan bedah buku atau materi materi umum lainnya…Banyak acara yang di usahakan bervariasi untuk menarik.

Untuk para pemula biasanya masih di berikan materi materi yang cukup baik seperti tauhid…. Hanya jangan ditanyakan bagaimana materi penting tersebut disampaikan….jauh sangat jauh sekali dari ilmiah… Materi – materi ini berkesan hanya seperti selingan sampai seorang mad’u siap di berikan materi keharokahan yang brainwash paham paham ikhwanul muslimin….

Sangat jauh majelis di isi dengan pembahasan yang ilmiah …. Kebanyakan menjelaskan sesuatu yang di kaitkan dengan cerita kehidupan sehari hari…. Setiap murobbi pasti biasanya berusaha mencari “cerita” dan penjelasan “logika” untuk melengkapi uraiannya…. [2]

Bagi para thollabul ilmy yang sesungguhnya pasti sangat rindu dengan majelis yang berisi perkataan Allah … perkataan Rasulullah dan perkataan para Ahlul sunnah. Hal ini mungkin karena minimnya kapasitas keilmuan dari murobbi sendiri yang mungkin tidak siap dengan materi yang akan di sampaikan.

Rytha sempat berkunjung ke beberapa rekan ikhwani… Karena ketetarikan yang sangat terhadap buku, koleksi koleksi buku tuan rumah selalu menjadi pengamatan….. Rytha sempat kaget melihat seorang ustadz yang lulusan salah satu universitas syariah terkemuka koleksi koleksi beliau adalah buku buku pergerakan ikhwanul muslimin… Ini tidak mengherankan bila rekan-rekan ikhwahni yang lainnya juga mengkoleksi tulisan tulisan hasan Al Banna… Said Hawa dan kalaupun tafser itu adalah tafser Syed Qutb, fatwa fatwa nya adalah fatwa Yusuf Qardhawi….

Ada suatu paham yang Rytha tangkap selama liqo adalah bahwa hadis daif bisa di amalkan [3]…. Dan juga suatu pemahaman da’wah dengan hikmah yang aneh…. Yang berdalih dengan fikih prioritas [ala Yusuf Qardhawi] dalam segala hal yang membuat menjadi toleran yang berlebihan… Dan tentu saja sangat tidak cocok dengan ikhwah salafy yang berkesan sangat keras bagi mereka, karena kebanyakan ikhwani tidak paham bahwa dalam hal aqidah seorang muslim harus memiliki rasa cemburu yang tinggi bila ada ke bid’ahan dan ke syirikan.

Seorang ukhti mengatakan bahwa banyak penyimpangan dalam salafy.. mereka tidak mengenal fikih prioritas… dan sedikit sedikit bid’atul dholalah… Karena dalam pembahasan materi bid’ah [4] di ikhwani, ditanamkan bahwa ada yang namanya bid’ah hasannah [ bid’ah yang baik]…[5]

Rytha sempat tertegun sedih tatkala ukhti tersebut mengatakan sedikit sedikit salafy menda’wahkan bid’atun dholalah….ukhti tersebut mengatakan dengan nada yang sedikit mengejek… Seandainya ukhti tersebut paham bahwa kalimat yang di ejeknya itu bukanlah perkataan sembarangan orang tapi itu adalah perkataan dari lisan seorang hamba Allah yang sangat mulia Rasulullah sallahu alahi wassalam…. Mudah mudahan Allah membukakan dan membimbing ukhti tersebut….

Dalam suatu dauroh murobbi… seorang pembicara mengatakan bahwah beliau mengetes tauhid mad’u nya dengan di suruh mengambil sesuatu di kuburan… kalau dia masih takut berarti tauhidnya masih di pertanyakan… Subhanallah.. apakah cara ini pernah di praktekkan oleh Rasulullah san para sahabatnya?

Selanjutnya ada salah satu kebiasaan di majelis, yaitu acara evaluasi ….yang di maksudkan untuk mengevaluasi masing masing mad’u, ibadahnya, aktivitasnya dan lain lain. Seorang mad’u diharapkan membuka diri terhadap semua peserta liqo dan bercerita mengenai dirinya… keluarganya .. temannya..

Tidak jarang dan hampir pasti cerita yang di sampaikan membuka aib diri dan keluarga… suatu aib yang seharusnya di tutupi….

Ikhwah fillah… ingat kisah seorang sahabat yang mengadukan pada beliau bahwa dia berizina.. dan Rasulullah berusaha untuk tidak melihat dan pura pura tidak mendengarnya… Ini mengindikasikan … Rasulullah lebih senang bisa seorang berdosa dia menyimpan dosanya dan bertobat pada Allah dengan bersungguh sungguh … tidak ada kewajiban baginya untuk membagi aib dirinya…apalagi aib saudara dan keluarganya…. Wallahualam…..

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

“Allan nanti akan mendekatkan orang mukmin, lalu meletakkan tutup dan menutupnya. Allah bertanya : “Apakah kamu tahu dosamu itu ?” Ia menjawab, “Ya Rabbku”. Ketika ia sudah mengakui dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia dan sekarang Aku mengampuninya”. Kemudian diberikan kepada orang mukmin itu buku amal baiknya. Adapun orang-orang Kafir dan orang-orang munafik, Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggilnya di hadapan orang banyak. Mereka orang-orang yang mendustakan Rabbnya. Ketahuilah, laknat Allah itu untuk orang-orang yang zhalim” [Hadits Riwayat Bukhari Muslim]

Subhanallah… Allah telah menutupi dosa dosa hambanya… dan mengapa kita sebagai hambanya membuka dosa dosa kita sendiri…. Ada banyak cara untuk menasehati orang lain untuk berbagi pengalaman hidup tapi tidak harus membuka dosa dosa yang Allah telah tutupi… wallahualam….

Selama majelis berjalan… ada absent yang harus di isi yang juga berisi catatan amalan harian selama seminggu. Setiap perserta harus mengisinya dengan maksud untuk mengevaluasi setiap mad’u … untuk saling memotivasi bisa ada catatan amal yang jelek…

Sungguh ini juga rasanya tidak wajar..karena seharusnya seorang muslim harus tawadhu dan berhak menyembunyikan amal sholehnya…..

Satu kebid’ahan yang pasti selalu di lakukan adalah pada saat menutup majelis. Majelis harus ditutup dengan do’a robitoh….

Rytha sempat menanyakan kepada sebagian dari mereka, ternyata sebagian besar dari tidak mengetahui bahwa do’a robithoh itu bukan berasal dari hadis nabi melainkan hanyalah do’a karangan Hasan Al Banna… Awalnya Rytha sendiri tidak menyadari hal tersebut juga… astaghfirullah…

Ada satu buku dzikir yang di baca oleh semua pengikut tarbiyah yang di sebut dengan Al Ma’surat….

Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullahu berkata: “Di akhir al-Ma’tsurot terdapat wirid robithoh, ini adalah bid’ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah.” .(Kitab TarbiyatuI Aulad fil Islam Ii Abdulloh Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi hal. 126)

Mereka sangat khusuk sekali sewaktu membacanya dan membacanya secara rutin selepas majelis… Tidak hanya dalam liqo saja… tapi juga pada tabligh akbar.. dauroh dauroh…

Rytha pikir do’a ini di bacakan di majelis karena murobbinya belum paham.. tapi pada saat do’a itu kerap di bacakan oleh kalangan para “ustadz” ini menjadi sesuatu yang aneh sekali… Ditambah lagi dengan pembacaaannya yang sangat di dramatisir dan diiringi dengan tangisan tangisan…. Astaghfirullah…..

Ada suatu cerita dari mulut kemulut yang menyebar… bahwa do’a itu di yakini bisa mengikat hati..

Ceritanya dulu ada seorang anggota liqo yang mau keluar dari jama’ah … selanjutnya mereka mendo’akan ukhti tersebut dengan do’a robitoh ini…dan ukhti itu kebetulan tidak jadi keluar……. Jadilah dianggap do’a robithoh ini sangat manjur….

Do’a ini merupakan do’a kebanggaan yang katanyanya bakal di baca di mana mana.. walaupun anti pergi ke luar negeri dan liqo di sana.. anti pasti akan menemukan robithoh … astaghfirullah…

Bila do’a ini akan dibacakan terlebih dahulu membayangkan orang orang yang kita cintai , orang orang yang tidak kita kenal, akan lebih manjur khasiat nya… bisa menguatkan ikatan hati… na’uzubillah… ini sangat mirip dengan praktek praktek sufi…

Beginilah kalau praktek agama di dasarkan pada sharing pengalaman….. para mad’u yang juga nantinya menjadi murobbi menjadi penyalur yang cepat berkembangnya cerita ke bid’ahan yang sama yang mereka dengar dari murobbi murobbi mereka….

Ikhwah sekalian, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata:

“Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling afdhol (utama), dan ibadah dilandaskan alas tauqif dan ittiba’, bukan atas hawa nafsu dan ibtida ‘,

Maka do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam adalah yang paling utama untuk diamalkan oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo’a. Orang yang mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang berada di jalan yang aman dan selamat.

Faedah dari hasil yang didapatkan dari mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam begitu banyak sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam , kadang-kadang diharomkan, kadang-kadang makruh, dan kadang-kadang di dalamnya terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi manusia dzikir-dzikir dan do’a-do’a yang tidak disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut sebagi ibadah rutin seperti sholat lima waktu, bahkan ini termasuk agama bid’ah yang tidak diizinkan oleh Allah.

Adapun menjadikan wirid yang tidak syar’i maka ini adalah hal yang terlarang, bersamaan dengan ini dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i sudah memenuhi puncak dan akhir dari tujuan yang mulia, tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i menuju kepada dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid’ah melainkan (dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau melampaui batas.”

[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam Majmu' Fatawa 22/510-511]

Mudah mudahan ini bisa membuat para ikhwah di tarbiyah dan kita semua umumnya untuk lebih berhati hati….banyak sekali praktek dzikir dzikir bid’ah dan praktek praktek ibadah yang tidak ada tuntunan syar’inya….

Afwan bila ada kata kata yang tidak berkenan…

Agar lebih paham… silahkan baca link link di footnote , dan telusuri website website tersebut.. insyaAllah kalau ikhwah sekalian ikhlas.. itu akan menghantarkan kepada kebenaran…

Wallahualam bishshowab

3. Kedekatan dan toleransi terhadap ke bid’ahan

Ikhwah tarbiyah di kenal sebagai orang orang yang santun dan toleran [1]…. Mereka selalu menampilkan diri sebagai orang orang yang cinta damai. Dakwah mereka lebih banyak berfokus pada amal ma’ruf tapi sering melupakan dakwah nahi mungkar… Metoda dakwah seperti ini memang sedang popular sekarang ini, karena dengan dakwah ini cendrung akan lebih di senangi dan akan memperoleh banyak pengikut, sangat cocok diterapkan bagi yang sedang mencari dukungan sebanyak banyaknya… wallahualam….

Sikap tersebut karena ada suatu selogan yang telah mendarah daging dalam tiap hati para ikhwah di tarbiya.. yaitu selogan : “(Mari) kita saling tolong-menolong dalam perkara-perkara yang disepakati dan saling toleran dalam perkara-perkara yang diperselisihkan.” [2]

Dokrin ini sempat melandasi pola pikir Rytha juga, astaghfirullah, yang meletakkan dakwah pada amar makruf saja tapi menjauhkan nahi mungkar karena takut akan “menyakiti” hati orang lain..Hal ini cendrung membuat lebih bertoleransi terhadap perbedaaan….terkadang menjadi permissible terhadap hal hal yang merupakan prinsip…

Keinginan untuk menyatukan semua golongan membuat kelompok ikhwani berusaha selalu mencari titik temu perbedaan… dan mengkampanyekan islam yang warna warni…. [3] sampai pada titik dimana berusaha untuk mendekatkan paham mereka yang ahluh sunnah dengan para syi’ah dan golongan yang sesat lainnya…. Astaghfirullah…

Propaganda untuk tidak memusuhi golongan lain… mempercayai asal niatnya baik dan tujuannya sama, selama sama sama mencari ridho Allah semua firqoh firqoh itu benar….

Subhanallah…..

Untuk orang yang awam akan ilmu agama…. Pasti metoda seperti ini sangat berkesan dan menarik simpati mereka. Tetapi bila kita telah memahami ilmu akidah yang sebenarnya… baru akan terasa sekali bahwa sebelumnya berada dalam suatu kubangan lumpur dan berada di daerah abu abu yang tidak jelas….

Tidak akan pernah ada persatuan dalam hal apapun tanpa di landasi suatu landasan aqidah yang sama…yaitu dilandasi dengan dasar aqidah yang benar… Karena Aqidah adalah hal yang prinsip.. Dan memurnikannya dari semua kotoran adalah prinsip…… sebuah pondasi dari persatuan yang sebenarnya…. bukan persatuan yang semu semata…

Dalam hal deen tidak bisa hanya mengandalkan perasaan dan pikiran pribadi saja… niat yang baik belum tentu akan di ridhoi Allah bisa caranya salah…

Apakah mungkin seorang yang rajin ke kuburan para wali mengharapkan barokah, seorang yang mencaci maki ummuhatul mu’minin dan para sahabatnya bersatu dengan mereka yang beraqidah murni?

Apakah seorang muslim yang berakidah lurus tidak terbakar jiwanya bila ada orang lain yang mencaci maki ibu nya ?. Secara logika jawabannya tentulah tidak…

Bagaimana perasaan kita bila ada sekelompok orang yang cendrung untuk memplintir suatu agama kita dengan dalih untuk persatuan dan kepentingan jama’ah dengan mengatas namakan islam…?

Hanya dengan ilmu yang lurus kita bisa lebih paham insyaAllah…

Setiap orang di dunia ini bisa mengaku ngaku mengikuti Qur’an dan sunnah dan mengaku melakukan kebaikan… Tapi untuk mengetahui apa yang di ikuti itu adalah suatu kebenaran, seseorang tersebut haruslah terlebih dahulu paham apa itu kebenaran yang hakiki.

Orang bisa saja menginterpretasikan qur’an dan sunnah denagn cara nya masing masing…. Kalau kita tidak mempunyai pijakan pemahaman siapa yang benar.. kita akan sangat mudah untuk tergelincir.. Kita akan sangat mudah sekali terombang ambing dalam kebingungan….

Dalam hal ini pemahaman akan kebenaran yang sudah di jamin sendiri kebenarannya oleh Allah dan rasulnya.. itu adalah kebenaran yang di pahami para sahabat.. para salafus sholeh… Tidak menyelesihi apa yang mereka sepakati…. dan tidak keluar dari pendapat pendapat yang mereka selisihi…. tidak mengeluarkan pendapat baru yang mengikuti logika dan perasaan…. wallahualam..

Dengan banyaknya firqoh firqoh tersebut….suatu niat yang baik saja tidaklah cukup kalau cara dan metoda mereka tidak benar…. Ini bukan masalah hanya mengkritik suatu group saja tapi masalah menjaga kebenaran yang haq dari pencemaran dan mengaburkannya dengan subhat subhat . Alangkah buruknya mereka yang menyebarkan kebid’ahan dan ke musyrikan dengan menggunakan nama islam..

Kalau hanya masalah melakukan kebaikan.. kita bisa melihat bayak orang kafir, para misionaris yang melakukan kebaikan.. lewat lembaga lembaga sosial mereka…memberikan bantuan bantuan kesehatan dan meningkatkan taraf hidup banyak orang.. tapi seiring dengan “kebaikan” mereka, mereka juga menanamkan kepercayaan dan agama mereka…
wallahualam..

Selanjutnya….

Yang Rytha temukan pada jama’ah ikhwani … adanya kesenang meniru niru orang kufar (tasyabuh)…. Kalau di telusuri satu persatu akan banyak list nya…

Rytha akan beri beberapa contoh…

Kalau kita pergi bermobil dengan ikwah ikhwani… hampir di pastikan kita akan menemukan suasana yang tidak jauh berbeda dengan bermobil dengan orang awam… sama sama di dalam mobilnya akan ada “musik” Cuma musiknya mereka katakan sebagai musik islami….Musik seperti ini juga yang di temukan dalam walimah walimah mereka….. di kamar kamar mereka…

Kita akan menemukan pembicaraan tentang group group nasyid favorite mereka sama halnya orang orang awam membicarakan group group musik kesukaan mereka…

Bahkan group nasyid menjadi suatu cara untuk memikat pengunjung tatkala mereka mengadakan seminar atau event event lain….dan hampir di pastikan menjadi suatu selingan di antar satu tabligh…

Hanya sebagian kecil dari jamaah ini yang paham bahwa ulama ahlul sunnah sangat menentang musik… Tapi yang sebagian kecil ini mereka lebih memilih pendapat Yusuf Qardawi yang mengizinkan beberapa jenis musik….. Tapi yang kebanyakan adalah yang sama sekali tidak aware bahwa banyak ulama ahlul sunnah mengharamkannya……

Saat sekarang sekarang ini… masalah hijab menjadi sangat longgar di kalangan ikhwani… mungkin karena dakwah mereka sudah makin terbuka .. …wallahualam… yang Rytha rasakan .. Rytha merasa tidak nyaman dengan majelis majelis nya… jadi lebih memilih untuk tidak menghadiri yang namanya buka bersama… halal bihalal… rihlah…

Terkadang ada suatu event tabligh akbar di gelanggang olah raga…. Walaupun ikhwan dan akhwat duduk pada kelompok terpisah masing masing masih bisa saling melihat dengan jelas… acara yang penuh hingar bingar, selepas dari sana.. hati sama sekali beku…Bagi mereka yang berhati lurus pasti tidak akan tahan bertahan lama hingga acara usai…

Wallahu alam apa yang mereka rasakan…. Tapi apakah ahsan mengadakan piknik berkeluarga ke suatu tempat dan di tempat tersebut diadakan game keluarga… astaghfiurllah hanya tidak terbayangkan bagaimana ghiroh seorang suami melihat istrinya diantara para suami lain…. Dimana mereka bebas memandang istrinya terseyum.. dan menonton aktivitas nya bercengkrama dengan anak-anaknya…….

Bahkan pernah tercetus suatu ide yang sangat aneh…mengadakan game suami menutup mana lalu mencari istrinya….. Hanya tak terbayangkan saja…! Nauzubillah….

Ini adalah prilaku prilaku mencontoh kaum kufar….

Mereka masih tidak berkeberatan untuk menghadiri dan menggunakan perayaan perayaan atas nama syiar islam.. Walaupun moment tersebut adalah kebidahan… Dengan berusaha mengemas ke bid’ahan tersebut dalam bingkai islami…

Tidak mengherankan kalau mereka merayakan mawlid nabi… senantiasa mengucapkan dan merayakan Selamat ulang tahun… dengan alasan fikih prioritas…

Menggunakan prangkat prangkat subhat dalam da’wahnya….mencampur adukkan antara yang haq dan yang batil….. termasuk ketidak sungkanan dan pembelaan terhadap penggunaan perangkat demokrasi… dan tidak takut meniru niru orang kafir….. hanya mengemas sesuatu menjadi “islami”…

Kalau antum sudah lama mengaji tapi atum masih tidak mau mengikuti kegiatan kepartaian .. antum di anggap masih belum mengerti..

Demokrasi dan kepartaian yang mereka anggap sebagai sarana terbukti lebih menyeret mereka kedalam suatu lingkaran yang mereka “nikmati”. Terlihat dengan tidak risihnya dalam pembicaraan sehari hari menggunakan panggilan .. oh dia ketua depera.. oh dia anggota dewan… dan yang sejenisnya… ungkapan ungkapan tersebut sudah seperti menjadi suatu kebanggan …

Ambisi diantara mereka untuk mencapai target dalam pemerintahan.. menyeret mereka untuk menghalal kan cara cara yang tidak ahsan…. Yang melupakan pada da’wah ilallah…

Kecintaan mendalam saudara saudara ikhwah di tarbiyah pada tafsir dan karya karya said Qutb [4]. Mereka mungkin hampir tidak terpiirkan bahwa para ulama terkemuka di abad ini banyak mengkritik tafsir tersebut dan telah dilakukan study mengenai pemikiran pemikiran sesat dari said Qutb itu sendiri..

Ketidak tahuan ini karena mereka sendiri belum pernah tahu siapakah ulama ulama yang harus di jadikan pijakan dan referensi. Mereka cendrung merefer ke ulama ulama moderat yang memiliki paham mu’tazilah…Mereka tentu akan kaget dengan kritikan kritikan pedas terhadap Yusuf Qordhowi [5]… karena sebagaian besar dari mereka yang mereka sangat tahu dan familiar dengan fatwa-fatwa ulama ini….

Wallahualam bishsowab…

Sekali lagi Rytha himbau untuk take time membaca artikel artikel di footnote.. karena sebenarnya pada link link tersebut ikhwah fillah semua bisa menemukan penjelasan yang lebih baik yang bisa menghantarkan pada pemahaman yang sebenarnya… ……

InsyaAllah bersambung

5. Dalam hal perkawinan…

Dalam hal perkawinan mereka memiliki lembaga sendiri yang memproses biodata untuk menjodohkan anggota anggotanya yang biasanya proses di tangan murobbi.

Seperti perkataan seorang ustadz yang juga mantan ikhwani beliau mengatakan murobbi kemungkinan bisa memegang banyak foto dan biodata akhwat/ikhwan .. dan yang sampai ke mad’u biasanya satu saja. Subhanallah….

Sempat mendengar curhatan beberapa rekan di tarbiyah akan ketakutan dan kekhawatiran mereka akan bagaimana reaksi dari murobbi bila mereka memiliki calon sendiri…. Karena sebelumnya murobbi mengatakan sekarang fenomena yang terjadi para mad’u lebih sering melakukan proses mereka sendiri, langsung ke orang tua.. dan murobbi hanya tinggal di beri pemberitahuan akhir tanggal pernikahan.

Hal seperti tersebut dianggap menyalahi “prosedur” dan sebagai indikasi mad’unya belum paham, berarti proses “tarbiyah” yang tidak berhasil. Seharusnya setiap mad’u paham mereka adalah bagian dari jama’ah dan menyerahkan urusan pernikahan juga pada jama’ah. Karena sesuatu yang di tentukan oleh jama’ah akan lebih baik.. karena berkenaan dengan kepentingan jama’ah…

Pernikahan yang seharusnya sederhana , karena prosedur ini menjadi lebih ribet prosesnya……..

Dalam hal ini peran murobbi dalam perkawinan bisa melebihi orang tua.

Rytha sempat sesekali mengemukakan pendapat bahwa setiap fatwa yang Rytha baca selalu para ulama menempatkan orang tua sebagai orang pertama dan penentu dalam hal perkawiman.. bahkan pernah di sampaikan dalam suatu dauroh, para peserta sama sekali tidak mengindahkan perkataan tersebut.

Mereka menganggap orang tua adalah sebagai pihak yang terakhir yang harus di beri tahu pada saat semuanya sudah 100% okay… Yang berarti setelah proses lewat murobbi.. dan setelah masing masing bertemu dan berkenalan di dampingi murobbi …dan setelah kedua belah pihak setuju dan murobbi juga setuju… mereka baru mengadakan pendekatan ke orang tua…..

Alasannya kalau dari awal proses orang tua sudah diberi tahu takutnya orang tua akan menyimpan harapan, nantinya kalau tidak jadi orang tua akan ikutan kecewa…

Alasan lainnya dengan pertimbangan kemungkinan orang tua tidak paham tentang konsep pemilihan calon suami/istri yang syar’i, jadi diusahakan menghindari masalah terhadap orang tua yang tidak sefikrah…

Mereka beranggapan kalau setiap ikhwan yang mau melamar langsung datang ke orang tua ini malah bisa membuat proses tidak jelas….Bisa jadi ikwannya tidak sefikroh dan tidak paham akan kepentingan dakwah….

Mad’u harus percaya pada murobbi bahwa dia mengenal mad’u nya dan tahu apa yang terbaik bagi mad’u nya….

Apakah benar seorang murobbi bisa menggantikan posisi mahram dalam pertemuan pertemuan ta’aruf tersebut ? Rasulullah sallahu alaihi wassalam meletakkan orang tua sebagai wali dan peran ini tidak tergantikan selagi tidak ada alasan syar’i…Dalam hal ini peranan murobbi sebagai pengganti mahram untuk proses perkenalan perlu juga di ditinjau lagi.

Menjadikan “murobbi” atau siapapun untuk menjadi perantara dalam suatu perkenalan bukanlah suatu yang salah…tapi menjadikan ini suatu prosedur yang baku dan kaku, seperti membuat suatu syariat tersendiri.. dan bahkan dampaknya bisa di lihat dan di rasakan bagaimana mad’u menjadikan tersebut sebagai suatu prosedur yang resmi dan benar bahkan mereka mengecilkan peran orang tua dalam proses tersebut….

Ada suatu kisah pernikahan seoarang akhwat yang cukup dramatisir.. dimana dia pada detik detik terakhir menolak menikah dengan calon yang diajukan oleh orang tuanya [yang beliau akui sendiri ikhwan tersebut sebenarnya sholeh] hanya dia lebih memilih jodoh dari teman teman sejamaahnya karena dianggap itu lebih memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan “dakwah”… subhanallah…

Ukhti fillah …. Bisa di bayangkan bagaimana orang tua yang membesarkan anti dan mendidik anti, orang yang cendrung lebih dekat dan senantiasa berusaha membahagiakan dan memahami anti …. Mereka menjadi orang yang paling terakhir tahu tetang pilihan anaknya…… Subhanallah.. Kalau kita menempatkan diri kita di posisi ibu atau ayah kita.. kita bisa tahu bagaimana rasanya….. Tentu sangat sedih sekali… Terus terang ini menjadi hal yang tak terbayangkan karena Rytha berasal dari keluarga yang memiliki ikatan yang sangat erat sesama anggota keluarga apalagi dengan orang tua yang tidak pernah menyimpan rahasia…. karena selalu beranggapan orang tua adalah segalanya….. wallahualam… .

Untuk murobbi yang keras sangat, akan susah untuk menikah dengan orang yang diluar jama’ah… tapi sekarang ini biasanya lebih terbuka… tapi biasanya diharapkan ikhwannya disuruh mengaji.. alasannya biar dia benar benar paham tentang pernikahan itu…Sebenarnya ini merupakan cara lain untuk menambah jumlah kader juga…. Bila datang melamar akhwat yang ikhwani.. dan orang tuanya juga ikhwani… jangan kaget bila ditanyakan “antum” tarbiyah tidak ? walaupun ikhwan yang datang adalah ikhwan lulusan fakultas syariah.. Karena pemahaman tarbiyah ikwani dengan arti tarbiyah yang sebenarnya sudah kabur….

Salah satu pertanyaan yang akan diajukan oleh calon pelamar adalah, apakah aktifitas nya dalam kepartaian…. Jadi aktifitas dakwah di kepartaian juga menjadi tolak ukur…

Untuk mereka yang sudah di tingkat atas.. menikah dengan orang luar biasanya relative lebih susah.. karena di harapkan mereka menikah dengan orang jamaah demi kelangsungan da’wah…

6. Kerahasiaan..

Ada kerahasiaan yang sampai saat ini Rytha belum begitu paham mengapa hal itu perlu dilakukan…

Kita tidak boleh bercerita siapa siapa saja anggota kelompok liqo kita… Bahkan diharapkan di antara sesama jama’ah tidak mengetahui murobbinya siapa….

Aneh memang…
Sewaktu selepas menghadiri walimah seorang ukhti, bersama dengan beberapa teman se liqo bermaksud untuk langsung menuju ke rumah murobbi untuk liqo… Tapi di tengah perjalanan bertemu dengan rekan ikhwani yang lain…. Mereka tidak mau saling berterus terang kalau sekarang nih kita lagi mau mengaji…….

Tidak mengerti knapa harus begitu….

Adapun sering ada dauroh dauroh yang hanya bisa di hadiri oleh orang orang tertentu saja…. Ini apalagi akan lebih rahasia … Tidak semua majelis akan terbuka bagi masyarakat umum…..

Terkadang dalam pembentukan panitian walimahan… para panitia berusaha memikirkan cara bagaimana agar para undangan tidak tahu bahwa panitia adalah teman teman se liqo dengan mempelai…..

Benar benar out of my mind untuk memahami cara seperti ini….

Itu sebagaian kecil yang dapat Rytha paparkan, rasanya beberapa points tersebut sudah cukup untuk memantapkan hati untuk keluar dari lingkungan hizbiyah….
Ebook: Catatan Blog Ardhillah, Sebuah Catatan Blog Perjalanan Seorang Muslimah dari Manhaj Tarbiyah ke Manhaj Salaf
Posted on Desember 9, 2008 by maramis setiawan

catatan-blog-ardhillah1

Silahkan download disini atau disini

sumber: http://belasalafy.wordpress.com/2009/10/10/sebuah-catatan-blog-perjalanan-seorang-muslimah-dari-manhaj-tarbiyah-ke-manhaj-salaf/

Category: | 0 Comments